Apa yang merupakan salah satu kontribusi penting teori feminis terhadap analisis sosiologis tentang kekuasaan? Tentunya tak lain dari apa yang melahirkan jargon terkenal “the personal is political”, yakni sebuah redefinisi terhadap makna “politik”. Redefinisi ini menjadi cornerstone analisis gender seperti yang kita kenal sekarang. Scholar feminis yang membidani teori tentang politik ini adalah Kate Millett, seorang doktor dari Colombia University, Amerika Serikat. “By politics I mean powerstructured relationships, the entire arrangement whereby one group of people is governed by another, one group is dominant and the other subordinate,” tutur Millett dalam bukunya Sexual Politics (1970) yang pernah menjadi bestseller di A.S. dan kerap disebut sebagai manifesto feminis. Pemahamannya tentang politik ini ia kembangkan menjadi teori sexual politics yang menjadi grand theory aliran feminisme radikal dan telah membawa emanispasi perempuan pada makna yang melampaui persamaan hak.
Kate
Millett adalah seorang penulis feminis, aktivis gerakan perempuan, dan pematung
asal A.S. Ia terutama dikenal lewat karya besarnya, Sexual Politics, buku yang sangat revolusioner pada
era 1970-an. Dalam buku yang merupakan disertasi Millett untuk Columbia University
ini, Millett tidak saja menghubungkan opresi perempuan dengan institusi
perkawinan dan keluarga, tetapi juga melihat bagaimana heteroseksisme sebagai
ideologi telah menyokong kuat sistem patriarkat. Buku ini termasuk salah satu
sumber tertulis pertama yang membangun fondasi teori feminisme radikal, yang
pertama kali menyebutkan perkawinan
monogamis dan keluarga sebagai institusi-institusi utama yang menjalankan
opresi perempuan. Sexual Politics
menjadikan Millett sebagai seorang pionir pembela hak-hak perempuan dan
sekaligus kaum lesbian.
Sexual Politics terbit pada saat munculnya
gerakan feminsime gelombang kedua yang mengembangkan suatu perspektif yang
berpusat pada perempuan (women-centered perspective). Gerakan ini
sebenarnya lahir dari gerakan Kiri Baru dan mencoba mengembangkan teori
revolusi sosial baru yang lebih radikal. Dari gerakan gelombang kedua ini,
lahir apa yang disebut sebagai gerakan feminisme radikal.
Sesaat
setelah bukunya terbit, Millett pun mendadak menjadi terkenal. Millett menjadi
berita sampul Majalah Time edisi
Agustus 31, 1970. Di situ ia diberi julukan “the Mao Tse-Tung of Women’s Liberation”.
Biodata
Singkat[i]
Sebelum
dikenal sebagai seorang aktivis, Millett lebih tepat disebut sebagai
akademisi. Pada 1956 ia memperoleh gelar
B.A. dari Minnesota University dengan magna cum lauda. Dua tahun
kemudian Millett berhasil meraih gelar M.A. dari St. Hilda’s College, Oxford
dan merupakan perempuan pertama yang diberikan gelar M.A. dengan first class
honors oleh college tersebut.
Setelah memperoleh gelar M.A.-nya dan sempat mengajar sastra Inggris di North Carolina University di Greensboro, pada 1959, Millett memutuskan untuk pindah ke kota New York guna mengembangkan kariernya sebagai seorang seniman. Untuk membiayai hidupnya, Millett mengajar pada sebuah sekolah taman kanak-kanak di Harlem. Pada 1961 ia pindah ke Tokyo dan mengajar sastra Inggris di Universitas Waseda dan di kota itu pula ia belajar seni mematung. Di situ Millett bertemu dengan Yoshimura, seorang pematung yang kemudian ia nikahi pada 1965. Dua tahun sebelumnya Millett telah kembali ke New York bersama Yoshimura dan mengajar Sastra Inggris dan Filsafat di Barnard College. Sayangnya, karena aktivismenya di bidang hak sipil, Millett akhirnya dikeluarkan dari college tempat ia mengajar.
Setelah memperoleh gelar M.A.-nya dan sempat mengajar sastra Inggris di North Carolina University di Greensboro, pada 1959, Millett memutuskan untuk pindah ke kota New York guna mengembangkan kariernya sebagai seorang seniman. Untuk membiayai hidupnya, Millett mengajar pada sebuah sekolah taman kanak-kanak di Harlem. Pada 1961 ia pindah ke Tokyo dan mengajar sastra Inggris di Universitas Waseda dan di kota itu pula ia belajar seni mematung. Di situ Millett bertemu dengan Yoshimura, seorang pematung yang kemudian ia nikahi pada 1965. Dua tahun sebelumnya Millett telah kembali ke New York bersama Yoshimura dan mengajar Sastra Inggris dan Filsafat di Barnard College. Sayangnya, karena aktivismenya di bidang hak sipil, Millett akhirnya dikeluarkan dari college tempat ia mengajar.
Pada 1970,
Millett berhasil memperoleh gelar doktornya di bidang Sastra Inggris dan
Perbandingan Sastra dari Columbia University dengan disertasinya yang merupakan
kombinasi dari analisis literatur, sosiologi, dan antropologi, dan yang
kemudian diterbitkan pada bulan Juli tahun yang sama dengan judul Sexual
Politics. Buku ini didedikasikan kepada suaminya, Fumio Yoshimura.
Millet mungkin pada awalnya banyak dipengaruh oleh aktivisme mendiang ibunya. Lahir di St. Paul, Minnesota, A.S., di tengah-tengah keluarga Katolik-Irlandia dengan nama
Katherine Murray Millett pada tanggal 14 September, 1934, Kate kecil mengikuti pendidikan di sekolah Katolik di daerah St. Paul. Namun, ibu Millett, Helen
Millett, cukup progresif untuk zamannya. Ia adalah seorang mantan aktivis yang pernah ikut berkampanye mendukung
hak-hak sipil, mendukung hak para gay, dan turun ke jalan untuk
memprotes perang Vietnam. Millett menuliskan kisah hubungannya dengan sang
ibunda dalam buku Mother Millett
(2001).
Millett
mengawali aktivismenya pada tahun 1960-an ketika Maoisme sangat memengaruhi
gerakan mahasiswa. Pada masa ini gerakan pembebasan perempuan di Amerika,
Inggris, dan Jerman mulai terbentuk dan kemudian dikenal sebagai gerakan
feminisme gelombang kedua pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Sejak 1966,
Millett bergabung dalam National Organization for Women (NOW), yang pada 1971
merupakan organisasi perempuan A.S. skala nasional pertama yang melegitimasi
lesbianisme dan mendukung hak-hak kaum lesbian.
Di tengah-tengah aktivismenya, kehidupan pribadi Millett kerap dipandang kontroversial, bukan hanya oleh masyarakat umum, tetapi juga oleh kalangan aktivis perempuan karena meski terikat perkawinan, Millett menjalin hubungan cinta dengan beberapa perempuan, yang juga ia kisahkan dalam beberapa bukunya, seperti Sita (1977). Millet pun baru resmi bercerai setelah 20 tahun dalam pernikahan.
Di tengah-tengah aktivismenya, kehidupan pribadi Millett kerap dipandang kontroversial, bukan hanya oleh masyarakat umum, tetapi juga oleh kalangan aktivis perempuan karena meski terikat perkawinan, Millett menjalin hubungan cinta dengan beberapa perempuan, yang juga ia kisahkan dalam beberapa bukunya, seperti Sita (1977). Millet pun baru resmi bercerai setelah 20 tahun dalam pernikahan.
Teori Sexual
Politics
Dalam
teorinya mengenai sexual politics, Millett menekankan bahwa opresi
terhadap perempuan tidak saja bersifat ekonomi, opresi ekonomi hanyalah
sebagian dari opresi yang dialami perempuan. Menurut Millett, patriarkat
merupakan sistem yang independen dari moda produksi kapitalis.[ii]
Dalam teori ini, politik tidak definisikan secara sempit sebagai dunia yang hanya berhubungan dengan partai, misalnya. Sebaliknya, politik didefinisikan sebagai struktur relasi, atau pengorganisasian yang sarat dengan kekuasaan, di mana satu kelompok atau individu-individu dikendalikan oleh kelompok atau individu-individu lainnya. Politik mencakup hubungan antarras, kasta, kelas, dan jenis kelamin.
Teori feminisme radikal telah banyak dikritik atas perspektifnya yang menguniversalkan pola dominasi laki-laki terhadap perempuan. Walaupun Millett melihat patriarkat sebagai sistem yang universal, sebenarnya ia mengakui bahwa ada variasi sejarah dan lokalitas. Sebagai contoh, prinsip sistem patriarkat bahwa laki-laki yang lebih tua yang memimpin tidak diterapkan secara konsisten dan seragam pada satu maupun semua masyarakat atau negara.
Dalam teori ini, politik tidak definisikan secara sempit sebagai dunia yang hanya berhubungan dengan partai, misalnya. Sebaliknya, politik didefinisikan sebagai struktur relasi, atau pengorganisasian yang sarat dengan kekuasaan, di mana satu kelompok atau individu-individu dikendalikan oleh kelompok atau individu-individu lainnya. Politik mencakup hubungan antarras, kasta, kelas, dan jenis kelamin.
Teori feminisme radikal telah banyak dikritik atas perspektifnya yang menguniversalkan pola dominasi laki-laki terhadap perempuan. Walaupun Millett melihat patriarkat sebagai sistem yang universal, sebenarnya ia mengakui bahwa ada variasi sejarah dan lokalitas. Sebagai contoh, prinsip sistem patriarkat bahwa laki-laki yang lebih tua yang memimpin tidak diterapkan secara konsisten dan seragam pada satu maupun semua masyarakat atau negara.
Millett
menunjuk pada sejarah patriarkat di berbagai belahan dunia dengan mengemukakan
contoh-contoh seperti penerapan sutte di India, pembentukan kaki
perempuan di China, fenomena clitoridectomy (penyunatan klitoris),
perdagangan perempuan, perkawinan anak perempuan, dan pelacuran yang ditemukan
di banyak negara.
Millet juga mengamati tradisi literatur Barat dari masa prasejarah, abad pertengahan, pencerahan, hingga kontemporer dan melihat bahwa teks-teks tersebut mengandung propaganda segregasi jenis kelamin yang menegaskan status superior maskulinitas. Analisis teks dalam buku Sexual Politics ini turut menginspirasi berkembangnya metode analisis teks pada gerakan feminism pascagelombang kedua dan feminisme gelombang ketiga dan merupakan kontibusi awal feminisme gelombang kedua pada feminist literary criticism yang berkembang pesat pada periode selanjutnya.
Menurut Millet, patriarkat sebagai sebuah ideologi diterapkan melalui “consent” (kepatuhan). Sexual politics memperoleh kepatuhan dengan cara sosialisasi kedua jenis kelamin pada suatu tata cara dasar yang menyangkut temperamen, peran, dan status. Ketiga kategori tersebut dipilah lagi: status adalah komponen politik, peranan adalah komponen sosiologis, dan temperamen sebagai komponen psikologis. Ketiganya saling berketergantungan dan membentuk semacam rantai.
Institusi utama sistem patriarkat adalah keluarga. Keluarga adalah cermin masyarakat dan sekaligus penghubung pada masyarakat yang lebih luas. Sebagai perantara individu dan struktur sosial, keluarga menghasilkan pengendalian dan konformitas ketika otoritas lain dalam masyarakat tidak cukup untuk melakukannya. Sebagai unit dasar dan instrumen fundamental masyarakat patriarkat, keluarga dan peran-peran anggota di dalamnya merupakan prototipe masyarakat luas. Sebagai agen masyarakat luas, keluarga mendorong anggotanya untuk menyesuaikan dan mematuhi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Lebih dari itu, keluarga merupakan suatu unit dalam pemerintahan negara patriarkat yang memimpin warganya melalui kepala keluarga (laki-laki).
Karena kerja sama antara keluarga dan masyarakat yang lebih luas sangat penting untuk menyokong sistem patriarkat, maka keluarga, masyarakat, dan negara adalah tiga institusi patriarkat yang saling berkaitan satu sama lain. Sumbangan utama keluarga dalam sistem patriarkat adalah sosialisasi kaum muda ke dalam ideologi patriarkat mengenai sikap-sikap individu yang menggiringnya ke kategori peran, temperamen, dan status.
Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap sifat-sifat yang dikategorikan maskulin dan feminin. Perubahan-perubahan ini tentunya akan membawa dampak yang besar bagi institusi keluarga, sebagai institusi terpenting patriarki. Penghapusan peran jenis kelamin dan kemandirian ekonomi perempuan akan melemahkan struktur otoritas dan ekonomi patriarki.
Karena opresi perempuan hadir dalam alam pikiran setiap manusia, sebuah revolusi sosial dan kultural mengandalkan pada perubahan kesadaran, di mana relasi baru antarjenis kelamin dan definisi baru manusia dan kepribadian manusia menjadi bagian terpadu dari kesadaran tersebut.
Millet juga mengamati tradisi literatur Barat dari masa prasejarah, abad pertengahan, pencerahan, hingga kontemporer dan melihat bahwa teks-teks tersebut mengandung propaganda segregasi jenis kelamin yang menegaskan status superior maskulinitas. Analisis teks dalam buku Sexual Politics ini turut menginspirasi berkembangnya metode analisis teks pada gerakan feminism pascagelombang kedua dan feminisme gelombang ketiga dan merupakan kontibusi awal feminisme gelombang kedua pada feminist literary criticism yang berkembang pesat pada periode selanjutnya.
Menurut Millet, patriarkat sebagai sebuah ideologi diterapkan melalui “consent” (kepatuhan). Sexual politics memperoleh kepatuhan dengan cara sosialisasi kedua jenis kelamin pada suatu tata cara dasar yang menyangkut temperamen, peran, dan status. Ketiga kategori tersebut dipilah lagi: status adalah komponen politik, peranan adalah komponen sosiologis, dan temperamen sebagai komponen psikologis. Ketiganya saling berketergantungan dan membentuk semacam rantai.
Institusi utama sistem patriarkat adalah keluarga. Keluarga adalah cermin masyarakat dan sekaligus penghubung pada masyarakat yang lebih luas. Sebagai perantara individu dan struktur sosial, keluarga menghasilkan pengendalian dan konformitas ketika otoritas lain dalam masyarakat tidak cukup untuk melakukannya. Sebagai unit dasar dan instrumen fundamental masyarakat patriarkat, keluarga dan peran-peran anggota di dalamnya merupakan prototipe masyarakat luas. Sebagai agen masyarakat luas, keluarga mendorong anggotanya untuk menyesuaikan dan mematuhi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Lebih dari itu, keluarga merupakan suatu unit dalam pemerintahan negara patriarkat yang memimpin warganya melalui kepala keluarga (laki-laki).
Karena kerja sama antara keluarga dan masyarakat yang lebih luas sangat penting untuk menyokong sistem patriarkat, maka keluarga, masyarakat, dan negara adalah tiga institusi patriarkat yang saling berkaitan satu sama lain. Sumbangan utama keluarga dalam sistem patriarkat adalah sosialisasi kaum muda ke dalam ideologi patriarkat mengenai sikap-sikap individu yang menggiringnya ke kategori peran, temperamen, dan status.
Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap sifat-sifat yang dikategorikan maskulin dan feminin. Perubahan-perubahan ini tentunya akan membawa dampak yang besar bagi institusi keluarga, sebagai institusi terpenting patriarki. Penghapusan peran jenis kelamin dan kemandirian ekonomi perempuan akan melemahkan struktur otoritas dan ekonomi patriarki.
Karena opresi perempuan hadir dalam alam pikiran setiap manusia, sebuah revolusi sosial dan kultural mengandalkan pada perubahan kesadaran, di mana relasi baru antarjenis kelamin dan definisi baru manusia dan kepribadian manusia menjadi bagian terpadu dari kesadaran tersebut.
Penutup
Melihat
kembali pada karya dan aktivisme Kate Millett, dapat dikatakan bahwa Millett
telah sesungguhnya menjadikan apa yang pribadi sebagai hal yang politis dan
telah memberi makna pada emanispasi perempuan yang melampaui sekadar persamaan
hak.
Dengan Sexual
Politics, Millett telah memberi sumbangan besar bagi pengembangan teologi
feminisme radikal, di samping memberi landasan teori bagi feminisme gelombang
kedua secara umum, dan menjadikan the personal is political sebagai
praktik politik kaum feminis. Tidak mengherankan kalau karya Sexual Politics
kerap disebut sebagai sebuah manifesto feminis. Buku ini sekaligus
mendefinisikan kembali “perempuan” dan “politik”, serta pandangan mengenai
revolusi itu sendiri. Seperti yang pernah diungkapkan Millett: “A sexual
revolution begins with the emancipation of women.”[iii]
Revisi 4 Desember 2016
[i] Bagian
tentang biodata ini diambil dari berbagai sumber dalam jaringan.
[ii] Posisi
analitis ini secara garis besar dapat dikatakan sebagai hal yang membedakan
feminisme radikal dengan feminisme sosialis yang melihat kapitalisme sebagai
akar opresi perempuan, dan juga dari feminisme liberal yang menitikberatkan
pada reformasi sistem yang sudah ada, dengan menuntut perbaikan status
perempuan dalam sistem tersebut. Teori sexual
politics dipaparkan dalam Bab 2 buku Sexual
Politics (1970).
[iii] Wawancara dengan Mark Blasius, pertama kali muncul dalam “Loving Boys" Serniotext(e) Special,
Intervention Series #2, Summer 1980. Lihat Sexual Revolution and the Liberation of
Children: An Interview With Kate Millett [dalam jaringan] https://www.ipce.info/ipceweb/Library/interv_kate_m.htm.
No comments:
Post a Comment